Membahas Jurnal
ANALISIS BAHAN
PENGAWET BENZOAT PADA SAOS TOMAT YANG BEREDAR DI WILAYAH KOTA DENPASAR
I M. Siaka
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
![]() |
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang penentuan bahan
pengawet benzoat pada saos tomat yang beredar di wilayah Kota Denpasar.
Analisis dilakukan secara titrasi asam-basa yang sebelumnya, benzoat
diekstraksi dengan pelarut dietileter. Secara kualitatif ditemukan bahwa, semua
saos tomat baik yang bermerek
maupun tidak mengandung bahan pengawet benzoat. Secara kuantitatif, kadar benzoat
dalam saos tomat
berkisar antara 600,12 dan
1271,86 mg/kg. Saos tomat yang bermerek mengandung benzoat lebih rendah dari batas
maksimum kadar benzoat yang diperbolehkan sesuai Peraturan
Mentri Kesehatan RI No. 722/MENKES/Per/IX/1988 (1000 mg/kg). Sementara itu,
sekitar 33% saos tomat yang tidak bermerek mengandung benzoat melebihi batas
maksimum yang diperbolehkan.
Kata kunci : benzoat, saos tomat, titrasi asam-basa
ABSTRACT
This paper reports the determination of benzoate, as
preservative, in tomato sauces distributed in Denpasar. The analysis was
performed by the technique of acid-base titration following solvent extraction
of the benzoate with diethylether. Qualitatively, it was found that the sauce
samples both branded and unbranded ones contained benzoate. Quantitatively, it
was obtained that the benzoate content in the tomato sauces varied in a range
of 600.12 – 1271.86 mg/kg. Generally, all branded tomato sauces contained
benzoate less than that of maximum limit allowed by the regulation of Health
Ministry of RI No. 722/MENKES/Per/IX/1988 (1000 mg/kg). On the other hands,
about 33% of the unbranded sauce samples
contained benzoate more than the maximum limit
allowed by the regulation.
Keywords : benzoate, tomato sauces,
acid-base titration
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan
semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan- penemuan termasuk
keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih
murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke dalam
makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu
suatu produk sehingga mampu bersaing di
pasaran. Bahan tambahan
tersebut
diantaranya: pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet,
pemanis, dan pengental (Winarno, 1992).
Secara umum bahan tambahan/aditif ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: (1) aditif sengaja yaitu
aditif yang secara sengaja ditambahkan untuk meningkatkan
konsistensi, citarasa, mengendalikan keasaman/kebasaan, dan memantapkan bentuk
dan rupa; (2) aditif tidak sengaja yaitu
aditif yang memang
telah ada dalam
makanan
(walaupun sedikit) sebagai akibat dari proses pengolahan (Winarno, 1992).
Begitu juga halnya, bahan pengawet yang ada dalam
makanan adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, tahan lama,
menarik, serta rasa dan teksturnya lebih
sempurna. Penggunaan bahan pengawet dapat menjadikan bahan makanan bebas dari
kehidupan mikroba baik yang bersifat patogen maupun non patogen yang dapat
menyebabkan kerusakan bahan makanan seperti pembusukan (Tranggono, dkk, 1990).
Apabila pemakaian bahan pengawet tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar
akan menimbulkan suatu permasalahan terutama bagi konsumen. Bahan pengawet yang diijinkan hanya bahan
yang bersifat menghambat, bukan mematikan organisme-organisme pencemar. Oleh
karena itu, sangat penting diperhatikan bahwa penanganan dan pengolahan bahan
pangan dilakukan secara higinies
(Buckle, et. al., 1985).
Salah satu bahan pengawet yang sering
digunakan dalam makanan adalah asam benzoat (C6H5COOH).
Pengawet ini sangat cocok digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam
seperti saos tomat. Bahan ini
bekerja sangat efektif pada pH 2,5 – 4,0 untuk mencegah pertumbuhan
khamir dan bakteri. Mekanisme penghambatan mikroba oleh benzoat yaitu
mengganggu permeabilitas membran
sel, struktur sistem genetik
mikroba, dan mengganggu enzim
intraseluler (Branen, et. al., 1990). Benzoat yang umum digunakan adalah
benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut dibanding asamnya. Dalam
bahan pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam
benzoat yang tidak terdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racun pada pemakaian
berlebih terhadap konsumen, sehingga pemberian bahan pengawet ini tidak
melebihi 0,1% dalam bahan makanan (Winarno, 1992). Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Rohadi dan tim peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Semarang,
yang melaporkan bahwa mayoritas saos tomat mengandung pengawet (benzoat) yang
melebihi standar mutu
yang
ditentukan (1000 mg/kg), yaitu berkisar 1100 – 1300 mg/kg. Oleh
sebab itu maka pada diskusi ilmiahnya dihimbau agar masyarakat berhati-hati
mengkonsumsi saos tomat. Apabila tubuh mengkonsumsi bahan pengawet ini secara
berlebih, dapat mengganggu kesehatan, terutama menyerang syaraf (Rohadi,
20002). Alimi telah melakukan penelitian tentang pemberian natrium benzoat
kepada tikus mencit selama 60 hari
secara terus menerus dan dilaporkan bahwa pada pemberian benzoat dengan
kadar 0,2% menyebabkan sekitar 6,67% mencit putih terkena radang lambung, usus
dan kulit. Sedangkan pada pemberian kadar 4% menyebabkan sekitar 40% tikus
mencit menderita radang lambung dan usus kronis serta 26,6% menderita radang
lambung dan usus kronis yang disertai kematian (Alimi, 1986).
Melihat kenyataan tersebut maka
sangat perlu dilakukan penelitian tentang kandungan benzoat pada saos tomat
beberapa merk yang beredar di Kota Denpasar. Pemilihan saos tomat sebagai obyek
penelitian dikarenakan bahwa saos tomat merupakan konsumsi umum bagi
masyarakat. Disamping itu juga, penambahan bahan pengawet benzoat pada saos
tomat merupakan suatu hal yang lazim. Analisis
benzoat pada saos tomat dilakukan secara titrimetri yang sebelumnya
diekstraksi dengan dietil eter
MATERI
DAN METODE
Bahan
Material yang digunakan
adalah sampel saos tomat bermerek dan tanpa merek yang diambil secara acak di
pasar-pasar tradisional yang ada di
wilayah Kota Denpasar. Disamping itu juga digunakan bahan-bahan kimia lainnya
seperti : NaCl, NaOH 10% dan HCl 5%, H2C2O4, dietil eter, FeCl3, NH3, H2SO4, kertas saring, dan indikator
fenolftalein (pp).
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk analis
adalah : Neraca analitik, gelas Beaker, labu Erlenmeyer, pipet volume, buret,
labu ekstraksi pelarut, gelas ukur, pipet tetes, pemanas listrik, penangas air,
dan peralatan penunjang lain.
Cara
Kerja
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan
membagi Kota Denpasar menjadi 3 wilayah sampling sesuai dengan
wilayah kecamatan yaitu, Denpasar
Timur, Selatan, dan Barat.
Setiap kecamatan dipilih 3 (tiga)
pasar tradisional secara acak,
yang selanjutnya di
setiap pasar diambil beberapa jenis saos tomat baik yang bermerek maupun
tidak. Total sampel yang diambil adalah 13 jenis saos tomat dengan 3 jenis saos bermerek dan 10 jenis saos
tanpa merek.
Perlakuan Sampel
Penyiapan sampel
Masing-masing sampel saos tomat
ditimbang dengan neraca analitik sekitar 100 g dan ditambahkan 15 g NaCl, lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL. Selanjutnya ke dalam labu ukur tersebut
ditambahkan 150 mL larutan NaCl jenuh dan NaOH 10% hingga diperoleh larutan
yang bersifat alkalis. Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan larutan NaCl
jenuh sampai tanda batas dan dibiarkan selama 2 jam. Larutan tersebut dikocok
setiap 30 menit dan selanjutnya disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh kemudian diekstraksi (Apriyantono, dkk, 1989).
Ekstraksi Sampel
Filtrat yang diperoleh pada penyiapan sampel, dipipet 100,0 mL dan
dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian
dinetralkan dengan penambahan HCl 5% dan ditambahkan lagi 5 mL HCl
sesudah keadaan netral tercapai. Selanjutnya diekstraksi dengan pelarut dietil
eter beberapa kali dengan volume yang berturut-turut 70, 50, 40, dan 30 mL.
Untuk mencegah emulsi, digoyang-goyang secara kontinyu setiap kali ekstraksi
dengan gerakan memutar/rotasi. Lapisan dietil eter kemudian
ditampung dari setiap ekstraksi dengan
volume pelarut tersebut. Semua lapisan dietil eter setiap ekstraksi dikumpulkan
dan didistilasi dengan vakum rotary evaporator pada suhu 30-50oC
hingga ekstrak menjadi pekat. Ekstrak
tersebut kemudian dikeringkan di
atas penangas air, lalu dibiarkan
semalam di dalam
desikator yang
berisi
H2SO4 pekat. Selanjutnya,
ekstrak kering (asam benzoat) tersebut dilarutkan dalam labu ukur 50 mL dengan
akuades sampai tanda batas (Apriyantono, dkk, 1989).
Uji Kualitatif
Larutan asam benzoat hasil ekstraksi
tersebut diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan larutan NH3 sampai
larutan tersebut menjadi basa. Larutan tersebut kemudian diuapkan di atas
penangas air. Residu yang diperoleh, dilarutkan dengan air panas dan disaring.
Selanjutnya, ditambahkan 3-4 tetes FeCl3 0,5%.
Adanya endapan yang berwarna kecoklatan menunjukkan adanya asam benzoat
(Apriyantono, dkk, 1989).
Uji Kuantitatif
Larutan asam benzoat hasil ekstraksi
dipipet sebanyak 10,0 mL dengan pipet volume, kemudian dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer 250 mL. Larutan
tersebut ditambah 2-3 tetes indikator PP dan selanjutnya dititrasi dengan
larutan NaOH yang telah dibakukan dengan larutan asam oksalat sampai terjadi
perubahan dari tidak berwarna menjadi merah muda yang stabil selama 15 detik.
Volume larutan NaOH yang digunakan dicatat. Pengulangan titrasi
dilakukan masing-masing 3 kali (Apriyantono, dkk., 1989).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pembakuan Larutan
NaOH
Larutan NaOH dibakukan
dengan larutan baku primer asam
oksalat 0,0250 M. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Dari hasil
pembakuan diperoleh bahwa konsentrasi rata-rata NaOH adalah 0,0504 mol/L
Uji Kualitatif
Untuk mengetahui apakah saos tomat
yang dipilih sebagai sampel mengandung bahan pengawet benzoat atau tidak, dapat
dilakukan dengan menguji ekstraknya dengan pereaksi FeCl3.
Hasil analisis uji kualitatif tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis
Uji Kualitatif BenHzoat
Sampel Pereaksi FeCl3
A +
B +
C +
D +
E +
F +
G +
H +
I +
J +
K +
L +
M +
Catatan : Sampel A-C adalah saos tomat yang bermerek;
Sampel D-M adalah saos tomat yang tidak bermerek.
Data yang ditunjukkan oleh Tabel
1 maka dapat diketahui bahwa semua sos tomat baik yang bermerek amupun tidak ternyata
semuanya memberikan uji positif. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan yang
berwarna
kecolatan setelah direaksikan dengan pereaksi FeCl3 0,5%. Hal ini
berarti bahwa semua sampel saos
tomat mengandung bahan pengawet benzoat.
Uji kualitatif ini dilakukan adalah
untuk mengetahui ada tidaknya benzoat
pada saos tomat tersebut.
Pereaksi yang digunakan pada uji kualitatif ini
adalah FeCl3 yang dapat membentuk endapan berwarna kecolatan
bila bereaksi dengan benzoat.
Endapan yang terbentuk tersebut
adalah Besi(III)benzoat, [Fe(C6H5COOH)3]
(Vogel, 1956). Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
3C6H5COOH + FeCl3‹Fe(C6H5COOH)3 + 3HCl
Penentuan Kadar Benzoat
Semua sampel saos tomat yang telah
diekstraksi dengan dietil eter dititrasi dengan larutan NaOH 0,0504 mol/L.
Setelah dilakukan perhitungan-
perhitungan secara kuantitatif, maka kadar benzoat yang ada dalam setiap sampel
saos tomat disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kadar
Benzoat pada Sampel saos Tomat

Kadar Benzoat Rata- rata (mg/kg)

A 100,0006 2,15 716,32
± 7,049
B 100,0008 2,05 647,13
± 0,002
C 100,0010 1,75 600,12
± 0,001
D 100,0010 2,46 799,75
± 0,002
E 100,0009 2,66 856,73
± 7,049
F 100,0008 3,93 1271,86 ± 7,049
G 100,0009 2,67 852,66
± 7,051
H 100,0011 2,65 848,59
± 0,002
I 100,0010 2,45 787,54
± 0,001
J 100,0008 3,65 1166,05 ± 0,002
K 100,0012 2,70 860,79
± 0,002
L 100,0006 2,85 909,63
± 0,023

Catatan : Sampel
A-C adalah saos tomat yang bermerek Sampel D-M adalah saos tomat yang tidak bermerek
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar
benzoat dalam semua sampel saos tomat bervariasi antara
600,12 – 1271,86 mg/kg.
Melihat hasil analisis benzoat yang ada dalam saos tomat
tersebut ternyata ada beberapa saos yang
mengandung benzoat melebihi
kadar
maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Mentri Kesehatan No.
722/MENKES/Per/IX/1988 maupun SNI 01- 354-1994 yaitu 1000 mg/kg (Anonimus,
1988 dan Kumara, 1986). Pada Tabel 2
dapat dilihat bahwa saos tomat yang bermerek (sampel A, B, dan C) mengandung
pengawet benzoat jauh lebih rendah dari batas maksimum (600,12 – 716,32 mg/kg).
Sedangkan ada 3 jenis saos yang tidak
bermerek mengandung pengawet benzoat
melebihi batas maksimumyang
diperbolehkan, tapi selebihnya masih berada hanya sedikit di bawah 1000
mg/kg. Dengan kata lain bahwa sekitar 31,22% dari sampel saos tomat yang mengandung pengawet benzoat melebihi
batas maksimum.
Penggunaan pengawet benzoat yang ditemukan pada saos tomat yang tidak
bermerek melebihi dari kadar maksimum yang diperbolehkan, menunjukkan
bahwa ada beberapa kemungkinan yang
mendasari hal itu seperti: (1) Kurangnya
kontrol terhadap produsen karena
produknya tidak memiliki ijin DepKes RI, (2) ketidaktahuan produsen terhadap
efek yang ditimbulkan oleh benzoat
yang berlebih terhadap orang yang
mengkonsumsinya,
(3) adanya keinginan produsen agar produknya awet dalam
kurun waktu cukup lama sehingga penambahan bahan pengawet tidak memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Saos
tomat yang beredar di wilayah Kota Denpasar baik yang bermerek maupun tidak,
semuanya menggunakan bahan pengawet benzoat yang ditunjukkan oleh uji positif
terhadap uji kualitatif.
2. Kadar
benzoat pada saos tomat bekisar antara
600,12 – 1271,86 mg/kg.
3.
Saos tomat yang bermerek mengandung
benzoat lebih rendah dari batas maksimum kadar benzoat yang diperbolehkan. Sementara itu, sekitar
33% sampel saos tomat
yang tidak bermerek
mengandung
benzoat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini
diharapkan agar masyarakat memperoleh informasi tepat, bahwa semua saos tomat
mengandung bahan pengawet benzoat, sehingga mereka dapat mengontrol dirinya
untuk tidak mengkonsumsi saos tomat secara berlebihan. Begitu juga, diharapkan
bahwa hasil penelitian ini menjadi masukkan bagi BPOM
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemeriksa setiap produk makanan yang
beredar di Denpasar khususnya dan Bali umumnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak-banyak terimakasih
kepada : A. A. Bawa Putra, S.Si., M.Si. dan Fitri Auliarisanti Yushida yang
telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
.
Alimi, M., 1986, Pengaruh
Bahan Pengawet Makanan Natrium Benzoat Terhadap Organ Tubuh Parasitomatosa Pada
Mencit (Musculus), Laporan Hasil Penelitian, IPB, Bogor
Anonimus, 1988, Peraturan
Mentri Kesehatan, RI No.
722/MenKes/Per/IX/1988, Bahan Tambahan Makanan, Jakarta
Apriyantono, A., Fardiaz D.,
Puspitasari N. L., Sedarnawati, dan Budiyanto S., 1989, Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi IPB, Bogor
Branen, A. L., Davidson P. M., and
Salminen S., 1990, Food Additives,
Marcel Dekker Inc., New York
Buckle, K. A., Edward R. A., Fleet
G. H., Souness R., and Wotton M.,
1985, Ilmu
Pangan, a.b. Hari Purnomo dan Adiono, UI-Press, Jakarta
Kumara, D., 1986, Analisis
Mutu Kimia dan Mikrobiologik Beberapa Produk Saos Cabe dan Cabe Giling,
Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor
Rohadi, 2002, Menyikapi
Banjirnya Produk Produk Pangan di Pasaran Menjelang Lebaran, Natal dan Tahun
Baru, Diskusi
Ilmiah Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Semarang, Semarang
Tranggono, Z.N., Wibowo D.,
Murdjiati G., dan Mary A., 1990, Kimia
Nutrisi Pangan, PAU Pangan dan Gizi UGM,
Jogjakarta
Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia, Jakarta
untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia 2, saya akan membahas jurnal diatas.
1. Apa yang ditulis?
Yang ditulis diatas adalah penelitian tentang kandungan benzoat pada saos tomat beberapa merk yang beredar di Kota Denpasar. Pemilihan saos tomat sebagai obyek penelitian dikarenakan bahwa saos tomat merupakan konsumsi umum bagi masyarakat. Disamping itu juga, penambahan bahan pengawet benzoat pada saos tomat merupakan suatu hal yang lazim.
2. Metode apa yang dipakai?
Metode yang dipakai untuk meneliti kandungan zat aditif yang terkandung didalam saus tomat yaitu menggunakan metode :
Metode Pengumpulan Data dan Pengumpulan Sample berupa bahan seperti saos bermerk dan tanpa merk yang beredar di provinsi Denpasar & Peralatan yang digunakan untuk menganalisis bahan dengan cara kerja dengan melakukan Uji Kualitatif dan Uji Kuantitatif
3. Hasilnya?
Hasilnya adalah saos tomat yang beredar di provinsi Denpasar baik yang bernerk maupun tidak bermerk semuannya mengandung bahan pengawet benzoat, Dimana saus bermerk mengandung pengawet lebih rendah dibandingkan saus tanpa merk. Dimana 33% dari saus tidak bermerk mengandung bahan pengawet melebihi batas maksimum yang diperbolehkan
Komentar
Posting Komentar